Cinta adalah Makanan Jiwa


“Yang tak punya hati, tak akan mencari hati -Rumi”


Tidakkah kamu menangkap sebuah makna dari pesan yang diberikan rumi? 
Manusia adalah makhluk tuhan yang diciptakan paling sempurna. Diberi akal dan nafsu untuk menyeimbangkan keduanya. Yang mempunyai hati, akan mencari hati. Yang tak punya hati, akan selalu jauh dari kasih sayang Illahi. Yang tak punya cinta, hidupnya akan gundah gulana tanpa simpati dan empati. 

Manusia terlahir dari cinta. Dan, apa yang salah dengan cinta? Cinta adalah makanan jiwa.

Cinta adalah ketika Tuhanmu berkata padamu, “Aku telah menciptakan segalanya untukmu”. Lalu kamupun menjawab, “Aku telah tinggalkan segalanya untukmu.”
Cinta bukanlah hal yang najis, yang patut untuk dihukumi, itu menjijikkan. Cinta juga tidak selalu tentang hubungan dua manusia yang menuai pertikaian juga pembicaraan orang-orang yang menimbulkan dosa besar. 

Cinta adalah sesuatu yang suci. Bahkan dalam hukum fiqh sendiri, ada tiga hubungan yang menjadikan kita bisa meraih surganya Allah ‘Azza Wa Jalla. Hubungan Manusia dengan Allah, Hubungan Manusia dengan Manusia, Hubungan Manusia dengan Alam. 

Apakah ketiga hubungan itu bisa berjalan dengan baik tanpa adanya cinta? Jika iya, kamu perlu belajar banyak hal tentang cinta yang sesungguhnya. Wawasanmu masih kurang, maka perlu bagimu untuk meningkatkan kegemaran untuk mempelajari segala hal.

“Saat cinta datang, apa ada tempat bagi jiwa? Saat singgasana akal terhempas, pasti ada kegilaan disana!”

Rumi adalah seorang sufi abadi. Rasa Cinta pada Penciptanya luar biasa, hingga melahirkan sebuah karya yang sampai sekarang masih abadi di dunia.

“Maulana rumi telah menyulap bumi menjadi permata, Dengan tanah liat, ia bentuk semesta laksana surga. -Muhammad Iqbal.”
Sepenggal kisah dari buku karya Jalaluddin Rumi “Fihi-Ma-Fihi”, Terdapat sebuah makrokosmos dalam jiwa dan berada dibalik akal, huruf, dan suara. 

Tidakkah kamu lihat bagaimana orang-orang lebih cenderung kepada orang-orang gila dan pergi mengunjungi mereka? Mereka berkata :”Dia benar, barangkali inilah wali yang dimaksud. Hal-hal semacam ini mungkin ada, sekalipun mereka salah dalam kasus ini. Ini dikarenakan tidak semua hal bisa diketahui oleh Akal.” Tetapi ini tidak berarti bahwa semua hal yang tidak diketahui oleh akal itu tidak ada :”Setiap biji itu bundar, tapi tidak semua yang bundar itu biji.” Adalah bukti dari pernyataan tersebut.

Bahwa apa? Segala sesuatu yang terasa tidak masuk akal, itu memang nyata kebenaraannya. Akal kita saja yang memang terbatas untuk menangkapnya. Termasuk cinta. 

Seseorang bisa gila, jika ia tidak lagi diberi cinta dalam ruhnya. Jika cinta hanyalah sebuah nafsu, yang mana ketika melihat wajah-wajah jelita, mereka akan terfitnah dan terganggu, akan lebih baik jika pemilik wajah jelita tidak menampakkan wajahnya sehingga tidak akan mengakibatkan fitnah bagi mereka. 

Namun jika cinta dimiliki oleh para golongan ahli hati, akan lebih baik mereka menampakkan wajahnya agar terhindar dari fitnah.

Seseorang berkata “Di kota khawarizm tidak ada satupun orang yang jatuh cinta karena disana ada banyak gadis-gadis cantik. Ketika para lelaki melihat gadis-gadis cantik tersebut dan hati mereka terpaut, hal itu tidak akan berselang lama. Sebab setelah itu mereka akan melihat gadis lain yang lebih cantik, sehingga jatuhlah kecantikan para gadis sebelumnya di mata mereka.”

Lalu, Maulana Rumi menjawab “Jika tidak ada yang mencintai para gadis di Khawarizm, maka sebaiknya ada orang-orang yang mencintai Khawarizm itu sendiri, sebab keindahan di sana tak terhitung jumlahnya. Khawarizm yang dimaksud disini adalah kefakiran, yang menyimpan berbagai keindahan makna, materi, dan rohani. Setiap kali kamu menghampiri satu keindahan dan menetap di sisinya, akan datang keindahan lain yang menampakkan wajahnya hingga kamu lupa dengan keindahan yang pertama. Demikian seterusnya, hendaknya kita merindukan kefakiran, karena ada banyak keindahan semacam ini.”

Apa yang kamu tangkap? Bahwa Rumi berkata demikian, menunjukkan Cintanya kepada Illahi, betapa Allah menyukai orang-orang yang memiliki hati dan tidak berperilaku dengan nafsu yang menyebabkan orang-orang bebas mencaci kesana kemari.

“Memiliki pandangan yang baik, syarat menjadi manusia. Aib itu disini dan disana, jangan kau cari! -Maulana Rumi.”
*Buah Karya dari Rekanita Alifia Elsa Maulida

Posting Komentar

1 Komentar