Adakah diantara kawan-kawan sekalian khususnya para
mahasiswa yang tahu bahwa pada bulan ini, tepatnya pada tanggal 23 April 2019
diperingati sebagai hari buku internasional? Jika iya, maka kalian termasuk
mahasiswa yang gemar membaca dan melek literasi. Jika pun kalian belum
mengetahuinya, maka inilah saatnya bagi kalian untuk memulai mencintai buku
yang sering diibaratkan sebagai jendela dunia.
Mengapa mahasiswa harus
mencintai buku? Mengapa mahasiswa harus membaca buku?
Mungkin itu pertanyaan
awal yang selalu muncul ketika seseorang mengingatkan kalian untuk gemar
membaca. Wajar sekali jika pertanyaan itu muncul di benak sebagian kawan-kawan
sekalian, karena berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang
dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu,
Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat
membaca. Hal ini sangat memprihatinkan sekali, apalagi jika dikesinambungkan
dengan tingkat baca mahasiswa. Maka sebuah keharusan bagi mahasiswa yang sering
disebut sebagai Agen Of Change (Agen Perubahan) untuk gemar membaca. Namun, itu
hanyalah sebuah peringkat semata, bukan tidak mungkin peringkat membaca kita
akan terus naik, walaupun hanya sedikit. Tingkat baca kita akan naik, jika pada
masing-masing diri kita menanamkan semangat membaca demi memperluas wawasan
yang kita miliki.
Membaca disini tidak hanya terbatas membaca buku saja, namun
membaca disini mencakup berbagai aspek. Dalam artian, mahasiswa harus mampu
membaca semuanya yakni membaca situasi, membaca keadaan lingkungan sekitar, membaca fenomena yang terjadi di masyarakat,
dan masih banyak lagi. Mahasiswa harus kritis serta memiliki kepekaan sosial
terhadap lingkunganya, agar bisa menjawab dan menyelesaikan segala problematika
yang terjadi di masyarakat.
Menurut catatan sejarah, tepat pada tanggal 23 April
diperingati sebagai hari buku sedunia. Peringatan ini berawal pada peringatan
kematian Miguel de Cervantes, seorang penulis Spanyol, yang jatuh setiap
tanggal 23 April. Peringatan kematiannya ini dilakukan pertama kali pada 23
April 1923 oleh para pedagang buku di Spanyol dan pada 23 April 1995, UNESCO
(United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan
23 April sebagai Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia. Secara kebetulan
tanggal 23 April adalah hari lahir dan kematian beberapa penulis terkenal.
Seperti: Wiliam Shakespeare, kematian Miguel de Cervantes, Inca Garcilaso de la
Vega dan Josep Pla, dan kelahiran Maurice Druon, Manuel Mejia Vallejo dan
Halldor Laxness.
Di Indonesia sendiri, perayaan hari buku sedunia dimulai
pada tahun 2006 yang diprakarsai oleh FIM (Forum Indonesia Membaca). FIM adalah
sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi pada aktivitas literasi.
Mereka berupaya membuka ruang seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan
gemar membaca yang diharapkan akan menjadi sebuah budaya baru bagi masyarakat
Indonesia. Sejak tahun 2006, animo dari komunitas literasi, taman bacaan
masyarakat, penerbit buku, dan masyarakat umum semakin meningkat. Mereka
bersama-sama berupaya agar peringatan hari buku di Indonesia menjadi sebuah
tradisi festival yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri. Dan dalam
perayaan setiap tahunnya, UNESCO menetapkan sebuah kota sebagai World Book
Capital. Fokusnya adalah pada kaum muda, khususnya bagi kalangan mahasiswa yang diharapkan akan membawa pengaruh positif
akan budaya buku, membaca, menulis, dan dalam dunia penerbitan serta peringatan
ini menjadi bentuk penghargaan dan kemitraan antara pengarang, penerbit,
distributor, organisasi perbukuan serta komunitas-komunitas yang diharapkan
dengan penetapan UNESCO pada tanggal 23 April sebagai hari buku sedunia ini
membuat kita lebih giat dalam membaca buku.
Lalu, kapan kita mulai gemar membaca? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Mulailah membiasakan diri berkunjung ke Perpustakaan, maka
gairah untuk membaca buku pasti akan timbul. Mulailah membaca buku yang paling
kalian sukai, yang paling kalian minati, terlebih membaca buku-buku yang ada
hubungannya dengan jurusan kalian masing-masing. Agar kita kelak lulus tidak
menjadi sarjana yang abal-abal, sarjana yang masih gemar dengan budaya instan.
Akan tetapi harus bisa menjadi sarjana yang dapat mempertanggung-jawabkan
keilmuannya. Sarjana yang memiliki wawasan luas dan mampu menjadi garda
terdepan untuk bangsa Indonesia yang lebih maju. Maka dari itu, dengan diperingatinya
hari buku sedunia ini, semoga bisa menjadi refleksi bagi kita semua, khususnya
bagi para pemuda dan kalangan Mahasiswa agar lebih giat lagi dalam membaca
buku. Salam Literasi!
*) Tulisan ini disarikan dari Library Unusa tentang Sejarah
Peringatan Hari Buku di Indonesia.
*) Buah Karya Rekan Nur Koles. Editor: Rekanita Alifia Elsa Maulida
0 Komentar